PERSOALAN
KEPEMIMPINAN BANGSA
Pemimpin
lahir untuk mengendalikan persoalan yang ada dalam masyarakat. Dikendalikan
sehingga bersama dengan masyarakat yang
dipimpinnya bersama-sama mampu menyelesaikan persoalan yang sudah terjadi
sekaligus mencegah persoalan yang akan terjadi. Uniknya, salah satu persoalan
yang perlu kita sadari sering terjadi belakangan ini adalah persoalan mengenai
sulitnya mencari jiwa kepemimpinan yang sesungguhnya.
Tahun
ini kita akan menjumpai pesta demokrasi, dimana seluruh masyarakat Indonesia
diharapkan sudah mempersiapkan pilihan terhadap calon-calon wakil rakyat pada
Pemilu nanti. Kesukaran dalam menentukan pilihan siapa yang pantas memimpin
Negara ini sekaligus untuk para calon wakil rakyat menjadi problematika yang
terus berulang, sehingga timbul rasa untuk tidak peduli terhadap politik pun
telah mendominasi masyarakat kita. Hal itu terjadi pada sebagian besar
masyarakat kita bukan tanpa alasan, tetapi krisis keyakinan masyarakat terhadap
pemerintahan itu muncul karena masyarakat sudah menyaksikan kinerja pemerintah
yang sering mengecewakan dan tidak sesuai harapan.
Argumen
yang pernah dilontarkan oleh Gubernur Lemhanas, adalah bahwa terdapat 1100
anggota DPR baik di pusat maupun di daerah serta 67 gubernur dan bupati/walikota
yang menjadi tersangka dan bahkan terpidana. Pernyataan tersebut jelas menjadi
pukulan yang amat berat bagi lembaga yang dipimpinnya, sekaligus sebagai wajah
kepimimpinan yang dimiliki oleh bangsa saat ini. Sungguh ironis mengingat di
zaman reformasi ini masih banyak pemimpin yang justru pandai dan berlomba-lomba
mengelabui rakyat, bukan melayani rakyat.
Reformasi
demokrasi ditambah dengan semangat otonomi daerah, sewajarnya melahirkan
pemimpin-pemimpin yang berpihak pada rakyat. Penyelenggaraan pemilu dan
pemilihan kepala daerah (pilkada) seharusnya diarahkan agar setiap kandidat
memiliki preferensi, tujuan, dan cita-cita untuk mengabdi kepada kepentingan
rakyat. Pemimpin yang lahir juga seharusnya dapat mengembangkan potensi
masyarakat lokal. Namun yang terjadi malah sebaliknya, kebanyakan elit lokal
justru menunjukkan arogansi dan krisis keteladanan.
Era
seperti sekarang ini harus dijadikan sebagai momentum perubahan. Pemimpin yang
diperlukan bangsa ini adalah pemimpin yang mampu menggerakkan perubahan melalui
jati diri yang cerdas dan jujur. Oleh sebab itulah, untuk kedepannya, kita
berharap melalui mekanisme demokrasi yang akan berlangsung, baik lewat pemilu
nasional maupun lewat pilkada, akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru di
tingkat lokal yang berjiwa reformis.
Meskipun
kita telah menerima kenyataan pahit tentang apa yang terjadi dalam pemerintahan
kita, setuju untuk tidak peduli terhadap politik bukanlah solusi. Kita sebagai
masyarakat harus bersama-sama memperbaiki persoalan ini, dimulai dengan
memunculkan sosok-sosok pemimpin yang berkualitas demi kebaikan Negara kita
yang tercinta ini.
Masyarakat
Indonesia bersyukur, pemimpin-pemimpin berkualitas telah menunjukkan taringnya
di tingkat pemimpin daerah atau provinsi. Mereka dinilai sebagai orang-orang
yang tepat dalam mengemban amanah sebagai sosok pemimpin di wilayah
masing-masing. Kini, sudah saatnya pemimpin berkualitas menjadi pemimpin
tertinggi bangsa ini. Pemimpin berkualitas yang akan membawa Indonesia menuju
perbaikan. Tidak hanya di tingkat provinsi atau wilayah, namun di tingkat
nasional.
Pilihlah
dengan bijak siapa yang kita pilih, meskipun Pemilu ini merupakan salah satu
aturan pemerintah tidak ada salahnya kita ikuti. Apa yang menjadi kekecewaan
kita dimasa lalu mari kita perbaiki bersama-sama sekarang.
Tentu,
semua berawal dari keinginan dan kemauan untuk menjadikan Indonesia menjadi
bangsa yang lebih maju dan beradab. Semoga, Indonesia tidak akan pernah
mengalami krisis keinginan tersebut.
Sumber terkait : fnf-indonesia.org dan okezone.com