Jumat, 04 April 2014

PERSOALAN KEPEMIMPINAN BANGSA

Pemimpin lahir untuk mengendalikan persoalan yang ada dalam masyarakat. Dikendalikan sehingga bersama dengan masyarakat  yang dipimpinnya bersama-sama mampu menyelesaikan persoalan yang sudah terjadi sekaligus mencegah persoalan yang akan terjadi. Uniknya, salah satu persoalan yang perlu kita sadari sering terjadi belakangan ini adalah persoalan mengenai sulitnya mencari jiwa kepemimpinan yang sesungguhnya.

Tahun ini kita akan menjumpai pesta demokrasi, dimana seluruh masyarakat Indonesia diharapkan sudah mempersiapkan pilihan terhadap calon-calon wakil rakyat pada Pemilu nanti. Kesukaran dalam menentukan pilihan siapa yang pantas memimpin Negara ini sekaligus untuk para calon wakil rakyat menjadi problematika yang terus berulang, sehingga timbul rasa untuk tidak peduli terhadap politik pun telah mendominasi masyarakat kita. Hal itu terjadi pada sebagian besar masyarakat kita bukan tanpa alasan, tetapi krisis keyakinan masyarakat terhadap pemerintahan itu muncul karena masyarakat sudah menyaksikan kinerja pemerintah yang sering mengecewakan dan tidak sesuai harapan.

Argumen yang pernah dilontarkan oleh Gubernur Lemhanas, adalah bahwa terdapat 1100 anggota DPR baik di pusat maupun di daerah serta 67 gubernur dan bupati/walikota yang menjadi tersangka dan bahkan terpidana. Pernyataan tersebut jelas menjadi pukulan yang amat berat bagi lembaga yang dipimpinnya, sekaligus sebagai wajah kepimimpinan yang dimiliki oleh bangsa saat ini. Sungguh ironis mengingat di zaman reformasi ini masih banyak pemimpin yang justru pandai dan berlomba-lomba mengelabui rakyat, bukan melayani rakyat.

Reformasi demokrasi ditambah dengan semangat otonomi daerah, sewajarnya melahirkan pemimpin-pemimpin yang berpihak pada rakyat. Penyelenggaraan pemilu dan pemilihan kepala daerah (pilkada) seharusnya diarahkan agar setiap kandidat memiliki preferensi, tujuan, dan cita-cita untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat. Pemimpin yang lahir juga seharusnya dapat mengembangkan potensi masyarakat lokal. Namun yang terjadi malah sebaliknya, kebanyakan elit lokal justru menunjukkan arogansi dan krisis keteladanan.

Era seperti sekarang ini harus dijadikan sebagai momentum perubahan. Pemimpin yang diperlukan bangsa ini adalah pemimpin yang mampu menggerakkan perubahan melalui jati diri yang cerdas dan jujur. Oleh sebab itulah, untuk kedepannya, kita berharap melalui mekanisme demokrasi yang akan berlangsung, baik lewat pemilu nasional maupun lewat pilkada, akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru di tingkat lokal yang berjiwa reformis.

Meskipun kita telah menerima kenyataan pahit tentang apa yang terjadi dalam pemerintahan kita, setuju untuk tidak peduli terhadap politik bukanlah solusi. Kita sebagai masyarakat harus bersama-sama memperbaiki persoalan ini, dimulai dengan memunculkan sosok-sosok pemimpin yang berkualitas demi kebaikan Negara kita yang tercinta ini.

Masyarakat Indonesia bersyukur, pemimpin-pemimpin berkualitas telah menunjukkan taringnya di tingkat pemimpin daerah atau provinsi. Mereka dinilai sebagai orang-orang yang tepat dalam mengemban amanah sebagai sosok pemimpin di wilayah masing-masing. Kini, sudah saatnya pemimpin berkualitas menjadi pemimpin tertinggi bangsa ini. Pemimpin berkualitas yang akan membawa Indonesia menuju perbaikan. Tidak hanya di tingkat provinsi atau wilayah, namun di tingkat nasional.

Pilihlah dengan bijak siapa yang kita pilih, meskipun Pemilu ini merupakan salah satu aturan pemerintah tidak ada salahnya kita ikuti. Apa yang menjadi kekecewaan kita dimasa lalu mari kita perbaiki bersama-sama sekarang.

Tentu, semua berawal dari keinginan dan kemauan untuk menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju dan beradab. Semoga, Indonesia tidak akan pernah mengalami krisis keinginan tersebut.


Sumber terkait : fnf-indonesia.org dan okezone.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar